Rabu, 19 Oktober 2011

KORUPSI salah siapa?

Siapa sih yang paling realisitis untuk disalahkan dalam segala permasalahan negeri ini. terutama korupsi?

apakah pemerintah?.... bukankah pemerintah merupakan sebuah institusi yang terdiri dari jiwa-jiwa yang seharusnya memiliki nurani?. dan pula pemerintah kita merupakan pesanan blueprint dari negara-negara adidaya. mereka tidak akan berdaya dengan apapun yang terjadi selama hegemoni berkuasa.
apakah penegak hukum?...bukankah penegak hukum juga manusia yang seharusnya memiliki nurani?
apakah orang tua?, apakah tempat kita belajar?....
semua ikut andil dalam bobroknya negeri ini, digeroroti dengan rakus oleh korupsi.

Kita flashback sebentar tentang Indonesia.
Negeri dengan 250 juta jiwa. semua jiwa-jiwa ini kita asumsikan semua beragama. 0,00000001% mungkin atheis, tapi tetap punya KTP dengan salah satu agama nasional kita di dalamnya.

250 juta jiwa tersebut pasti pernah datang ke masjid atau gereja , menghadiri pengajian atau mendengar pengajian dari televisi atau dari manapun. lantas kenapa kajian-kajian agama tersebut, pengajian-pengajian tersebut. tidak memberi dampak terhadap penurunan jumlah korupsi di negri kita?.

Jawabannya adalah....
para pemuka agamanya atau pemimpin pengajiannya tidak pernah berhasil menanamkan kebencian terhadap korupsi pada peserta pengajiannya.

malah banyak dari ulama dan pemuka tersebut yang mendukung korupsi. sadar maupun setengah sadar.
contoh nih:
1. ada bakal calon bupati/walikota mau ikut pilkada, mereka nyumbang duit buat bangun pesantrennya. kenapa ulama tersebut tidak mempertanyakan asal duit tersebut?. dan apa tujuan mereka jadi bupati atau walikota yang gaji sesungguhnya gak ada 10 juta perbulan sampai mereka rela mengorbankan duit bermilyar2 demi jadi bupati/walikota/politisi?.
2. ada polisi/penegak hukum  yang bakal pindah tugas, lantas menghibahkan segala macam kepemilikannya untuk pihak masjid atau kegiatan keagamaan lainnya. kenapa ulamanya tidak menolak, padahal tahu gaji polisi juga 'segitu-gitu' doang. impossible bisa beli sebuah Land Rover padahal baru 3 tahun jadi polisi. (kalo alasannya ortunya kaya atau punya bisnis lain...dilihat lagi dong asal bisnisnya....)
3. ada ustad yang sangat menanamkan sedekah dalam setiap kajiannya, karena dengan sedekah pada harta tidak akan berkurang malah berlipat ganda. tapi ustad tersebut tidak pernah menanamkan unsur ikhlas dalam bersedekah, dan tidak pernah menanamkan bahwa uang yang disedekahkan juga harus uang halal. alhasil, jadilah yayasan ustad tersebut berjaya....dengan uang dari para koruptor...
4. Banyak sekolah, yayasan keagamaan yang senantiasa bersenang hati bila mendapatkan sumbangan dari pihak-pihak (orang tua murid juga termasuk) yang terlihat track recordnya bahwa mereka adalah koruptor...bahkan tidak segan-segan mereka mengajukan proposal minta uang haram pada para koruptor tersebut.
5. banyak ulama/ustad/ atau pemuka agama apapun bersedia menerima uang dari pihak2 yang tidak jelas asal usul uangnya demi mengembangkan tempat ibadah maupun lembaga pendidikan agama. para pemuka agama seringkali membawa embel-embel bahwa sedekah tersebut membersihkan uang haram tersebut.

bro and sis...tidak ada uang haram yang bisa dicuci lantas jadi halal. bahkan dengan money laundry sekalipun. segala yg asalnya haram tetap akan jadi haram. tidak akan mengurangi dosa-dosa karena panjenengan sami mendapatkan uang tersebut dari mendholimi mahluk lain.

Aduhai pak ustad, ulama, pendeta, or siapapun anda...bukankah moralitas bangsa ini berada dipundak kalian semua.
lantas bagaimana kalian berbangga bila masjid, gereja, pesantren dan sekolah anda dibangun dari uang hasil pendholiman terhadap mahluk lain???
bila kalian mau menerima uang dari pihak2 yang berkorupsi dan mendholimi pihak lain tersebut....jelas hal tersebut adalah legalisasi terhadap korupsi
bahkan kalian meminta uang ataupun fasilitas lain dari mereka....jelas anda melegalisasi korupsi.

jadi, saya pribadi, tidak akan menyalahkan amerika, pemerintah, penegak hukum atau apapun itu. yang paling bisa disalahkan dalam hal ini jelas para pembina moral, akhlak dan nurani yang tidak paham TUPOKSI nya ini sebagai tulang punggung sekaligus ujung tombak untuk jadi hati nurani umatnya menjadi umat anti korupsi.


 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar